Profil Desa Dieng

Ketahui informasi secara rinci Desa Dieng mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Dieng

Tentang Kami

Profil lengkap Desa Dieng, Kejajar, Wonosobo. Menjelajahi potensi wisata alam dan sejarah, sektor pertanian kentang unggulan, serta kekayaan budaya unik di kawasan Dataran Tinggi Dieng yang memukau sebagai destinasi andalan Jawa Tengah.

  • Pusat Agrowisata Unggulan

    Merupakan salah satu produsen kentang terbesar di Indonesia dengan lanskap pertanian terasering yang khas dan menjadi daya tarik wisata tersendiri.

  • Destinasi Wisata Sejarah dan Alam

    Menjadi rumah bagi kompleks candi Hindu tertua di Jawa serta fenomena alam vulkanik aktif seperti Kawah Sikidang dan telaga multiwarna.

  • Jantung Kebudayaan Kuno

    Melestarikan tradisi unik seperti ritual pemotongan rambut gimbal (Ruwatan Rambut Gimbal) yang menjadi bagian dari event budaya tahunan berskala internasional.

XM Broker

Desa Dieng, yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan sebuah nama yang telah lama bergema di kancah pariwisata nasional dan internasional. Berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, wilayah ini tidak hanya menyajikan panorama alam yang spektakuler, tetapi juga menjadi pusat peradaban kuno, agrikultur unggulan dan tradisi budaya yang hidup. Desa ini ialah representasi sinergi antara anugerah alam, warisan sejarah, dan denyut kehidupan masyarakatnya yang tangguh, menjadikannya salah satu kawasan paling vital di Dataran Tinggi Dieng.Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk Desa Dieng, mulai dari kondisi geografis dan demografis, potensi ekonomi yang bertumpu pada pertanian dan pariwisata, hingga kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Melalui data akurat dan informasi faktual, potret Desa Dieng disajikan sebagai sebuah entitas yang dinamis, terus berkembang menghadapi tantangan zaman sambil menjaga kelestarian alam dan budayanya. Kawasan ini bukan sekadar tujuan wisata, melainkan sebuah ekosistem sosial-ekonomi yang kompleks dan menarik untuk dipelajari.

Sejarah dan Asal-Usul Nama

Sejarah Desa Dieng tidak dapat dipisahkan dari sejarah Dataran Tinggi Dieng itu sendiri, sebuah kawasan yang diyakini sebagai pusat spiritual dan keagamaan pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Nama "Dieng" berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Kawi, yakni "Di" yang berarti tempat atau gunung, dan "Hyang" yang berarti leluhur atau dewa. Secara harfiah, Dieng bermakna "Tempat Para Dewa Bersemayam". Penamaan ini merefleksikan signifikansi religius kawasan tersebut bagi masyarakat Jawa kuno, yang dibuktikan dengan keberadaan puluhan situs candi Hindu beraliran Siwa yang diperkirakan dibangun antara abad ke-7 hingga ke-9 Masehi.Kompleks Percandian Arjuna, yang berada tepat di jantung Desa Dieng, menjadi saksi bisu kejayaan peradaban masa lalu. Situs ini merupakan bukti bahwa Dieng pernah menjadi pusat aktivitas keagamaan yang penting. Para arkeolog meyakini bahwa dataran tinggi ini dipilih karena lokasinya yang dianggap suci, dekat dengan langit dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan duniawi. Keberadaan candi-candi ini menunjukkan adanya komunitas masyarakat yang terorganisir dengan sistem sosial, religi, dan teknologi arsitektur yang maju pada eranya. Seiring berjalannya waktu dan pergeseran pusat kekuasaan, Dieng sempat terlupakan hingga ditemukan kembali pada masa kolonial Belanda. Sejak saat itu, penelitian dan upaya pelestarian terus dilakukan, menjadikan Desa Dieng sebagai jendela untuk memahami salah satu periode terpenting dalam sejarah Indonesia.

Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Secara geografis, Desa Dieng terletak pada koordinat 7°12′S 109°54′E. Wilayah desa ini secara administratif masuk dalam Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Dieng mencakup area sekitar 651,5 hektare. Letaknya yang berada di kaldera purba membuat kontur tanahnya bergelombang, dikelilingi oleh perbukitan dan gunung-gunung seperti Gunung Prau, Gunung Sikunir, dan gugusan perbukitan lainnya. Kondisi ini menciptakan lanskap yang unik dan subur akibat tanah vulkanik yang kaya akan unsur hara.Batas-batas administratif Desa Dieng ialah sebagai berikut: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sikunang, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Patakbanteng, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah hutan negara, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Dieng Kulon yang masuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara. Batas alam yang memisahkan kedua desa bernama Dieng ini sering kali hanya berupa sungai kecil atau jalan, menunjukkan betapa terintegrasinya kehidupan masyarakat di kawasan puncak ini meskipun berbeda administrasi kabupaten. Suhu udara di Desa Dieng sangat sejuk, berkisar antara 12-20°C pada siang hari dan dapat turun drastis hingga mendekati 0°C pada malam hari, terutama saat musim kemarau antara bulan Juli hingga Agustus, yang sering kali memunculkan fenomena embun es atau yang dikenal masyarakat lokal sebagai bun upas.

Demografi dan Kehidupan Sosial

Berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk Desa Dieng mencapai sekitar 4.000 jiwa. Dengan luas wilayah 651,5 hektare, kepadatan penduduk di desa ini tergolong sedang, yakni sekitar 614 jiwa per kilometer persegi. Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Jawa dengan dialek khas Wonosobo yang kental. Mayoritas masyarakat menganut agama Islam, namun kehidupan beragama berjalan harmonis dengan tetap menghormati warisan budaya dan kepercayaan leluhur pra-Islam yang masih terasa dalam berbagai tradisi.Mata pencaharian utama penduduk Desa Dieng yaitu bertani. Pertanian menjadi tulang punggung perekonomian desa, dengan komoditas andalan kentang yang kualitasnya diakui sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Selain kentang, petani juga menanam sayuran lain seperti kubis, wortel, dan bawang daun. Dalam beberapa dekade terakhir, sektor pariwisata berkembang pesat dan menjadi sumber pendapatan penting kedua bagi masyarakat. Banyak warga yang beralih profesi atau memiliki pekerjaan ganda sebagai pemandu wisata, pemilik penginapan (homestay), pedagang suvenir, atau pengelola usaha kuliner.Kehidupan sosial masyarakatnya dikenal sangat komunal dan memegang teguh nilai-nilai gotong royong. Ikatan kekeluargaan yang kuat tercermin dalam berbagai kegiatan sehari-hari maupun upacara adat. Salah satu tradisi yang paling ikonik dan menjadi sorotan dunia yakni ruwatan rambut gimbal. Anak-anak dengan rambut gimbal atau gembel diyakini sebagai titipan dari penguasa alam gaib di Dieng. Rambut mereka baru boleh dipotong melalui sebuah upacara sakral yang diselenggarakan atas permintaan sang anak, sebagai bagian dari ritual untuk membersihkan diri dari nasib buruk.

Potensi Ekonomi Unggulan: Pertanian dan Pariwisata

Kekuatan ekonomi Desa Dieng ditopang oleh dua pilar utama yang saling melengkapi, yaitu pertanian dan pariwisata. Sektor pertanian, khususnya budidaya kentang, telah menjadi identitas dan sumber kehidupan masyarakat selama beberapa generasi. Lahan pertanian di Dieng yang berbentuk terasering di lereng-lereng bukit menciptakan pemandangan yang menakjubkan sekaligus menunjukkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi geografis. Kentang Dieng dikenal memiliki ukuran besar dan kualitas premium, yang didistribusikan ke berbagai kota besar di Indonesia. Menurut seorang petani lokal, "Tanah di sini sangat subur, seolah memang diciptakan untuk kentang. Hasil panen kami menjadi andalan untuk menyekolahkan anak dan membangun rumah."Selain kentang, Dieng juga menjadi sentra penghasil buah carica, tanaman pepaya gunung yang hanya dapat tumbuh di beberapa dataran tinggi di dunia, salah satunya Dieng. Buah ini diolah menjadi berbagai produk seperti manisan, sirup, dan keripik yang menjadi oleh-oleh khas bagi wisatawan. Komoditas lain seperti purwaceng, yang dikenal sebagai ginseng Jawa, juga dibudidayakan sebagai tanaman herbal berkhasiat.Di sisi lain, sektor pariwisata mengalami pertumbuhan eksponensial. Desa Dieng merupakan gerbang utama menuju berbagai objek wisata andalan. Kompleks Candi Arjuna, Kawah Sikidang dengan lumpur vulkaniknya yang mendidih, Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang warnanya dapat berubah-ubah, serta Gardu Pandang Tieng menjadi magnet bagi ribuan pengunjung setiap pekannya. Perkembangan pariwisata ini mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif. Ratusan homestay yang dikelola warga menawarkan pengalaman menginap yang otentik, sementara warung-warung makan menyajikan kuliner khas seperti mie ongklok. Event tahunan seperti Dieng Culture Festival, dengan puncak acara pemotongan rambut gimbal, berhasil menarik puluhan ribu wisatawan domestik dan mancanegara, memberikan dampak ekonomi langsung yang signifikan bagi masyarakat.

Infrastruktur dan Pembangunan Desa

Pembangunan infrastruktur di Desa Dieng terus mengalami peningkatan seiring dengan statusnya sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Akses jalan utama yang menghubungkan Wonosobo dengan Dieng telah ditingkatkan kualitasnya untuk menunjang kenyamanan dan keamanan wisatawan. Meskipun beberapa titik masih rawan longsor saat musim hujan, pemerintah terus melakukan perbaikan dan pelebaran jalan. Jaringan listrik dan telekomunikasi sudah menjangkau hampir seluruh wilayah desa, memungkinkan masyarakat dan pelaku usaha pariwisata terhubung dengan dunia luar.Fasilitas umum seperti sekolah, pusat kesehatan masyarakat pembantu, dan tempat ibadah telah tersedia dengan cukup baik. Pemerintah desa, didukung oleh pemerintah kabupaten dan pusat, secara aktif mengelola dana desa untuk pembangunan infrastruktur penunjang, seperti perbaikan jalan lingkungan, sistem drainase untuk mengurangi risiko banjir, dan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan utama mengingat volume sampah yang meningkat tajam akibat aktivitas pariwisata. Berbagai program sadar lingkungan mulai digalakkan, melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan Dieng. Pembangunan fasilitas penunjang pariwisata seperti area parkir yang lebih luas, toilet umum yang representatif, dan pusat informasi turis juga terus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi pengunjung.